Saung Hijau Adhigana



           
Salah satu cerita inspiratif datang dari sebuah saung yang terletak di areal persawahan Desa Bringin, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Betapa tidak, saung ini merupakan sebuah saung yang digunakan sebagai tempat belajar para anak-anak di sekitar Desa Bringin ini. Keberadaannya memberikan warna tersendiri bagi anak-anak disana, karena mereka merasakan kenyamanan dan ketenangan ketika belajar karena terletak di areal persawahan yang hijau dan luas.
            Saung ini dibangun sekitar bulan Oktober 2013 oleh seorang warga Bringin bernama Gunawan, beliau membangun saung hijaunya dengan tujuan mewujudkan generasi Islam yang berbudaya dan membentuk kelompok ngaji. Tidak hanya itu, beliau juga membuat beberapa program untuk proses pembelajaran pada saung hijau Adhigananya.
aspek penilaian adhigana
        
         Salah satu programnya diwujudkan melalui pembuatan kurikulum yang membangun karakter dan kebiasaan anak. Ada beberapa aspek yang dinilai pada kurikulumnya yang dimuat pada laporan hasil belajar yang ada pada kolom gambar di samping ini.
Menurut Gunawan, pembangunan karakter dan kebiasaan lebih penting disamping perkembangan ilmu seorang anak. Penilaiannya juga dilakukan setiap hari kepada para siswanya melalui buku rapor yang diberikan kepada setiap siswanya, sehingga perkembangan bisa dipantau secara detail.
           
aktifitas belajar saung adhigana
      Berbagai aktifitas murid telah dilaksanakan di saung ini. Mereka bisa belajar dengan menampilkan ekspresi mereka sendiri. Murid-muridnya selalu menggunakan Bahasa Jawa Krama dalam berkomunikasi dengan teman-temannya dan gurunya sendiri, karena hal tersebut merupakan salah satu aspek yang dinilai dan yang paling unik dari penilaian yang diterbitkan di laporan hasil belajar mereka.




Selain itu kebiasaan membuang sampah pada tempatnya juga termasuk aspek penilaiannya. Jika ada seorang murid yang membuang sampah sembarangan ada hukuman yang dilaksanakan muridnya. Uniknya, hukumannya tidak terlalu berat yakni membaca sholawat 10 kali. Tentu hukuman yang dilakukan tersebut merupakan hukuman yang sangat efektif dan membangun kebiasaan anak untuk bisa membiasakan diri bershalawat.
            Kendala juga ditemui oleh beliau yakni dalam mencari tenaga pengajar. Beliau hanya dibantu oleh 1 pengajar dalam menjalankan programya tersebut. Namun, itu tidak menjadi masalah baginya karena beliau masih mempunyai misi kedepannya untuk membangun sebuah yayasan. Semoga impiannya bisa segera terwujud.


Semoga Anda Terinspirasi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Tautan Lain